Scarlet Heart Ryeo salah satu drama sad ending dari sekian banyak drama sad
ending lainnya yang bikin gregettt and gemessss,, kebanyakan penggemar di
indonesia mengharapkan adanya sequel drama scarlet heart ryeo yang intinya
harus happy ending,,, hahaha maksa,,, emang harus maksa. Kita – kita yang
nonton udah gak mau dimainin perasaannya sama si penulis,,, huhuhh.
Ah sudahlah, kebanyakan curhat paling orang2 korea ntu gak bakal baca
curahan hatikuhhh,,,
Oke daripada nunggu kepastian dari mereka yang belum jelas mau ngadain
season kedua apa kagak,,, baiknya kita bikin tuh cerita versi kita sendiri,,,
hahaha,, gua udah ngebayangin terus gimana kelanjutannya,, gue bayang –
bayangin terus tuh mukanya si wang so sama hae soo di dunia modern kayak gimana.
gue mohon izin mau ngeshare hasil pemikiran a.k.a khayalan gue,,, daripada
gue bayang2in doang malah bikin gregeten sendiri, mending gue tulis dan gue share,,, hahaha
jangan pada protes ya,, cerita ini
muncul begitu saja,, sesuai apa yang gue harepin,,, maaf kalo gak sesuai
harapan kamu2 semua,,, hahaha...
Pasti temen2 inget banget scene
episode terakhir ketika hae soo sedang melihat pameran lukisan era goryeo.. oke
kita mule adegannya disitu,,, check it out...
Hea Soo a.k.a Go Ha Jin di dunia moderen, sedang melihat-lihat lukisan era Goryeo, rekaman2 ingatannya kembali, mulai dari gambar diadakannya ritual pengusiran
roh jahat, ritual pemanggilan hujan, sampai pada lukisan dirinya dan pangeran
ke 8 Wang Wook pun ada... akhirnya dia melihat lukisan Raja Gwangjong yang
sedang sendiri di istana. Ingatannya bersama Raja Gwangjong a.k.a pangeran ke 4
Wang So diputar kembali,, perlahan matanya mulai berkaca – kaca... dia menangis
sejadi jadinya..
“Maaf...”
“Maaf, karena meninggalkanmu sendirian”
“Maaf..”
Rintih Hae Soo seakan berbicara langsung dengan Wang So.
Hae Soo menangis. Ingatannya telah kembali, yang sebelumnya ia anggap semua
kejadian yang ada di Goryeo adalah mimpi, akhirnya dia sadar telah melalui
semua kejadian itu, sadar karena perasaannya begitu kuat, bahwa dia telah
melalui itu semua. Walau tidak bisa dijelaskan secara logika. Tapi selama satu
tahun dia koma, jiwanya pergi ke jaman sejarah pada Era Goryeo.
Hae Soo masih menangis di pameran lukisan itu, dia meringkuk di pojok
ruangan, berusaha menahan tangisnya yang begitu deras agar tidak dilihat oleh
orang lain. Hae Soo belum memakai logikanya untuk berfikir bahwa itu semua
tidak nyata, tapi perasaannya masih mengalihkan semua hal itu, kesedihannya
masih sangat terasa. Entah sampai kapan Hae Soo akan menangis di ruang pameran
itu.
Flash back
Hae Soo bangun dari tidurnya, di kamar yang terlihat seperti sudah berada
di zaman modern. Nafasnya cepat, seakan sudah bermimpi. Hae Soo merasakan
matanya yang basah. Ternyata dia menangis.
“ kenapa aku seperti ini lagi...”
“serius, siapa dia sampai aku seperti ini?..”
Hae Soo masih heran, dan berfikir bahwa itu hanyalah mimpi, tapi kenapa
terus berulang dan bermimpi hal yang sama. Bukan mimpi yang dia rasakan, tapi seperti
kenangan, dan membuat hatinya sakit dan berlinang air mata ketika dia bangun.
Flash back end.
“apa ini?? Aku ternyata sudah kembali“
“kenapa aku melupakannya?? Maaf Yang Mulia... maafkan aku yang
meninggalkanmu sendiri”
Dia membatin, dengan air mata yang keluar. Tanpa sadar dia sudah meringkuk
disitu terlalu lama, sampai ada petugas yang menghampirinya, dengan
kebingungan.
“maaf nona, nona kenapa?..”
“maaf nona, hari sudah sore, sehingga kami harus menutup pameran ini..”
Hae Soo akhirnya tersadar, namun tubuhnya masih lemas.
“ oh maaf, baiklah saya akan pergi..”
Sambil berlari dia meninggalkan tempat itu, segala kenangan pun kembali
muncul, baik ketika dengan Raja Gwangjng maupun dengan pangeran yang lain, segala hal
saat dia di goryeo. Dia menuju toilet untuk mengkondisikan dirinya. Didepan
cermin dia berkaca.
“ yang mulia, aku merindukanmu,,”
“Kenapa kau tak menemuiku waktu itu, aku sangat sangat merindukanmu”
“apakah kau baik – baik saja disana?.. maafkan aku”
Dia ingat bahwa disana dia sudah mati. Dengan tanpa bertemu raja sebelumnya,
sehingga dia merasakan rindu yang amat sangat besar.
“aku ingin bertemu dengan mu Yang Mulia,, apakah bisa, apakah bisa,,?
“Air,, air,, mungkin aku bisa kembali dengan perantara air”
Dia membasuh mukanya seakan setelah itu dia bisa kembali ke jaman goryeo,
namun tidak sama sekali.
“atau sebenarnya ini hanya mimpi,
dan aku yang sudah gila?
“tidak,,,, kenangan itu jelas sekali dalam ingatanku, aku merasakan
semuanya secara nyata,, ohh bagaimana ini?”
Hae Soo sendiri masih terlalu bingung dengan keadaannya. Sampai dia ingat
seorang laki2 yang tidak lain adalah ahli perbintangan Choi Ji Mong.
“ ji mong,,,”
“ iya,, hanya tuan ji mong yang tau masalah ini..”
“aku harus mencarinya, aku harus menanyakan kepadanya, semua yang aku
alami,, karena dia juga pasti mengalaminya,,”
“hhh,, dimana dia,,”
Kemudian dia ingat, bahwa tadi dia bertemu dengan ji mong saat berada di
stand penjualan,
“aku harus kembali ketempat itu sbelum dia pergi”
Hae so kemudian keluar dari toilet dan bergegas menuju tempat pameran dan
stand penjualan ketika dia bertemu dengan Ji Mong.
Sesampainya disana, Hae Soo bertemu dengan temannya, yang bersama dia
ketika sedang menjaga stand.
Hye Ri namanya
“Hye Ri, apakah kau melihat laki – laki yang berbicara denganku terakhir
kali disini, pergi kemana dia, apakah dia masih berada disini, siapa namanya?
Hye Ri “siapa yang kamu maksud,,?”
Hye Ri “apakah orang yang juga menjadi pemandu pameran lukisan”
Hae Soo mengingat – ingatnya kembali
Hae Soo “ah iya benar sekali,, dimana dia, dan siapa?”
Hye ri “tadi setelah kamu pergi, dia menitipkan ini untukmu,,”
Ternyata Ji Mong menitipkan surat untuk Hae Soo
Hae soo “ini dari dia? Lalu pergi kemana dia sekarang”
Hye Ri “aku juga tidak tahu, setelah dia memberikan ini dia langsung pergi,
tanpa meninggalkan identitas”
Lalu Hae Soo menerima surat dari Ji Mong dan segera membacanya.
“Nona Hae Soo, apakah ingatanmu sudah kembali?, apakah kau sudah mengingat
segala hal ketika kau merasa berada di Goryeo?, mungkin kau masih bingung dengan keadaan yang kau
alami saat ini, sama halnya denganku waktu itu,, kau masih bertanya – tanya,
apakah benar kau mengalami semua itu, apakah semua memori itu adalah kenangan
atau hanya mimpi? Aku mungkin tidak bisa memberi jawabannya, jadi jangan
berusaha mencariku untuk bertanya mengenai itu semua,, dan jalani saja
kehidupanmu sekarang secara normal, jangan berusaha mencari jawabannya”
Setelah membacanya, Hae Soo merasa kecewa, karena Ji Mong tidak memberikan
jawaban mengenai keadaannya. Teman Hae Soo heran, apa yang sebenarnya terjadi,
kenapa Hae Soo kembali ke stand padahal kondisinya sedang tidak baik, dan
kenapa matanya sembap seakan sudah menangis.
Hye Ri “Hae Soo kau sebaiknya pulang, kondisimu tidak dalam keadaan baik,
dan kau kenapa sebenarnya, kau habis menangis? siapa orang itu, kenapa kau
mencari – carinya?”
Hae Soo “baiklah, nanti akan kuceritakan semua kepadamu hyeri, aku akan
pulang terlebih dahulu”
Hye Ri “ iya istirahatlah dulu dirumah, lupakan sejenak masalahmu”
Hae Soo berjalan pulang, dia lebih memilih berjalan kaki ketimbang naik bus.
Dia sengaja melakukan itu karena ingin bisa lebih merasakan memori itu.
“ Yang Mulia, bagaimana caranya aku bertemu denganmu, apakah bisa?”
“hhh, ini begitu menyiksa, mengingat kita belum bertemu sebelum kematianku,
aku merasa bersalah karena telah meninggalkanmu, dan hal ini begitu menyiksaku”
“yang mulia aku merindukanmu, apakah kau juga merasakan hal yang sama?
Hae Soo berhenti di tengah jalan, dan air matanya kembali mengalir, dia
meringkuk lagi, sakan lemas kakinya untuk melangkah.
Tiba – tiba ada tangan seseorang yang memegang sapu tangan dan
memberikannya kepada hae so
Hae Soo tidak sadar, dia menerima sapu tangan itu tanpa tau siapa orang
yang memberikannya.
Lalu Hae Soo menegakkan kepalanya dan melihat dari belakang orang itu sudah
berjalan melewatinya, Hae Soo seperti mengenali orang itu, dari postur tubuhnya
dan cara dia berjalan, memori Hae Soo tertuju pada pangeran ke 10 pangeran Wang
Eun, yang mati dengan label penghianatan terhadap raja ke tiga, raja jeonjong.
“Pangeran Eun!!!” teriaknya
Orang itu berbalik, seakan dia merasa di panggil dengan sebutan tersebut.
“Pangeran Eun!!!” teriak Hae Soo
Orang dengan postur dan wajah Pangeran Eun berbalik, dia merasa sedang
dipanggil dengan sebutan tersebut. Wang Eun mendekati Hae Soo.
“ ya nona, apakah anda memanggil saya barusan?,” kata Wang Eun.
Hae Soo “ iya, kamu adalah Wang Eun kan?”
Tanpa ragu Hae Soo menakan namanya.
Eun “ Saya Eun, Park Eun bukan wang eun,,, kenapa nona memanggil saya
seperti itu, apakah karena wajah saya yang tampan bak Pangeran Eun dari jaman Goryeo?hahaha”
Wang eun a.k.a park eun tertawa lebar dengan memuji dirinya sendiri
“ iya begitulah reaksi para yeoja ketika melihat wajah saya ini, apakah
nona ingin mengembalikan sapu tangan saya atau tidak?”
Wajah Hae Soo masih terpana, bukan karena kaget melihat ketampanan eun,
tapi karena ia merasa bahwa orang yang dia temui ini adalah Wang Eun,, pangeran
ke 10. bukan hanya wajahnya, tapi dari
cara bicaranya dan gayanya sngat mirip dengan pangeran Wang Eun.
Hae Soo memberikan sapu tang Eun, namun masih dengan wajah yang terpana.
“ini sapu tanganmu,, kamu memang mirip dengan pangeran eun, kamu ceria, dan
cerewet seperti pangeran eun”
Wang Eun “hey nona, apakah kau sudah pernah bertemu dengan Pangeran Eun,
jangan sok tau, jelas wajah saya ini pasti lebih tampan dari dia, dan saya itu
lebih populer dibanding Pangeran Eun,, hahaha”
Hae Soo, tersenyum. Terasa kerinduannya sedikit terobati.
“ah sudahlah, saya mau pergi dulu, saya sibuk harus berangkat kuliah dari
pagi hingga sore, jadi tidak bisa meladeni fans seperti nona...bye”
Hae Soo tersenyum. Wang Eun pergi, Hae Soo masih berdiri memandang
kepergian eun.
Setting sekarang berada di jaman Goryeo, ketika Ji Mong berpamitan dengan Raja
Gwangjong, dan berbicara mngenai Hae Soo, yang bukan dari dunia itu. Ji Mong pergi,
dan awan di goryeo berubah gelap seakan terjadi gerhana matahari sempurna. Raja
Gwangjong memandang langit. Dan berbicara di batinnya.
“jika kita bukan dari dunia yang sama, aku akan menemukanmu”
Waktu telah berlalu disini, Raja Gwangjong dikenal sebagai raja yang baik
dan bijaksana. Namun perlakuannya terhadap putra2nya amat tegas dan disiplin.
Kecuali terhadap anak Wang Jung, yang tidak lain adalah putri dari
Gwangjong dan Hae Soo. Setelah dicabutnya hukuman Wang Jung, Wang Jung kembali
ke kampung halamannya dan bisa bebas keluar masuk istana. Terkadang Wang Jung mengunjungi
istana dengan membawa serta sang putri. Sebagai saudara dari Raja Gwangjong, Wang
Jung masih merasa peduli terhadap kakaknya, sehingga dia merasa perlu untuk
sering kali membawa sang putri mengunjungi ayah kandungnya.
Sekian lama menduduki tahta kerajaan, Raja Gwangjong akhirnya turun tahta,
dan di teruskan oleh putranya, yang selama ini ia didik dengan kasih sayang dan
disiplin tinggi. raja mendidik putranya agar tidak serakah akan tahta, walaupun
ratu selalu membujuk putra mahkota agar segera merebut tahta tersebut dari
ayahnya. Namun dengan rasa hormat dan kasih sayang, putra mahkota tetap pada
posisinya, sampai raja menyerahkan tahtanya dikarenakan kesahatan raja yang
sudah tidak sanggup lagi untuk menjalankan tugasnya.
Di sela – sela kesendiriannya, Gwangjong masih selalu memikirkan Hae So.
“Soo yah, tugasku sudah selesai, tunggu aku disana”
Wang So melihat lihat segala benda yang berhubungan dengan Hae Soo. Dia
membuka kotak kosmetik yang dulu diberikan Hae Soo untuk menutupi bekas luka
diwajahnya,
“so yah, aku tidak pernah melupakanmu,, apakah kau selalu menungguku,,,
apakah kau juga tidak melupakanku?
“aku tidak pernah menyerah akan tahta ini, karena aku selalu menganggapmu
masih ada, dan kamulah yang berperan besar terhadap perjalananku meraih
kerajaan ini, sekarang tugasku sudah selesai, apakah kau senang dengan itu?aku
akan menyusulmu Soo yah, tunggu aku”
Gwangjong berjalan jalan menuju danau dongji, tempat dirinya dan hae soo
dulu sering bertemu. Pikirannya melayang jauh pada waktu – waktu ketika dia
sedang bersama dengan Hae Soo. Kenangan2 indah itu kembali muncul. Hasrat untuk
bertemu Hae Soo semakin besar, kerinduan yang ia rasakan semakin tak bisa
dibendung lagi, diiringi dengan rasa penyesalan yang amat dalam karena dulu ia
membiarkan Hae Soo pergi dan menikah dengan Wang Jung, tanpa ia melihat ketika Hae
Soo meninggalkan dunia ini. Semua rasa itu bercampur jadi satu, emosi Gwangjong
meledak, ia berteriak kearah danau, dengan air mata yang mengungkapkan segala
isi hatinya.
“Hae Soo yah,,,,,,”teriak wang so
Kemudian ia berjalan menaiki perahu, ia berdiri diatasnya... ia memandang
keatas langit
“Hae Soo aku akan menemukanmu...”
Lalu Gwangjong menerjunkan dirinya kedalam danau,, tanpa ada orang istana
yang melihatnya.. langit pu berubah menjadi gelap..
Beberapa saat setelah Gwangjong tenggelam, beberapa dayang istana baru
menyadarinya, bahwa raja Gwangjong menghilang, seluruh istana menjadi heboh dan
semua orang mencari raja kesetiap sudut istana. Termasuk sang putri yang saat
itu sedang berkunjung ke istana bersama Wang Jung. Puteri berpikir untuk mencari
raja disekitar danau.
“ yang mulia,,,,”teriak Hae Soo berusaha memanggil Gwangjong..
Flash back
Gwang jong dan putri hae soo sedang berjalan2
di sekitar danau dongji, putri tidak mengetahui bahwa dia adalah anak dari raja
dan Hae Soo, namun karena ikatan batin yang kuat antara anak dan ayah, puteri
merasa sangat dekat dengan Raja Gwangjong. Gwangjong dengan bebasnya
menceritakan kenangannya bersama Hae Soo dulu, terutama saat berada di danau
dongji. Puteri pun dengan senang mendengarkannya.
“kamu tahu, dulu sebelum menjadi raja, saya mengenal seorang wanita, tak ku
sangka akan bertemu wanita seperti dia. Dia yang mengubah segala hal dalam
hidupku”
“dia, tidak takut denganku, padahal semua orang yang melihatku seakan
melihat anjing serigala yang menakutkan, tapi dia dengan berani menatap wajahku
tanpa berpaling”
Hae soo kecil “yang mulia jika saya menjadi wanita itu, tentu saya akan
sangat bangga dan senang, karena bisa bertemu dengan yang mulia, calon Raja Goryeo yang baik dan bijaksana”
Raja tersenyum mendengarkan kata2 sang putri.
“ini adalah tempat diamana kami sering bertemu, segala hal bersamanya
terjadi disini”
“hidupnya harus terperangkap di istana karena saya, jadi saya merelakannya
pergi, namun dada saya terasa sesak, karena dipenuhi dengan penyesalan yang
amat dalam”
“maaf Yang Mulia, apakah saya pernah bertemu dengan wanita tersebut
sebelumya??”
Puteri dan raja saling memandang,
“namanya Hae Soo, dia adalah ibumu” jawab Gwangjong.
Puteri berhenti melangkah, raja meninggalkannya.
Pikiran puteri Hae Soo melayang jauh, pada semua kejadian2 yang dialaminya,
seakan menjawab pertanyaannya selama ini, siapa ayahnya sebenarnya. Akhirnya
dia menyimpulkannya sendiri. Kenapa
selama ini dia masih diizinkan keluar masuk istana padahal hubungan antara
ayahnya Wang Jung dan raja tidak begitu baik.
Flash back end
Puteri masih mencari raja disekitar kuil doa, dan menuju ke danau dongji.
Sampai akhirnya menemukan mayat raja yang sudah mengambang di danau. Mata
puteri terbelalak melihatnya.
“Yang Mulia.....Yang Mulia...” teriak puteri
“Abbaji,,, Abbaji,,,,”Air mata putri tak terbendung lagi, melihat ayahnya
yang telah pergi.
Beberapa dayang dan pengawal istana datang.
Setting kembali ke zaman modern
Hae Soo sedang merenung, dia mencoba mengingat – ingat semua kejadian di Goryeo,
dan masih berusaha membayangkan wajah Wang Soo, sampai dia merasa frustasi.
“aku ingin membayangkan wajahmu Yang Mulia, tapi kenapa semakin hilang
dalam ingatanku?”
Lalu Hae Soo mengambil secarik kertas dan alat tulis, dia berusaha
menggambar wajah Wang So, ketika itu ada suatu kejadian yang terlintas dipikirannya,
yaitu ketika yang mulia Raja Gwangjong sedang menuliskan kata2 puitis yang
diminta oleh Hae Soo, Kumenunggu di tepi danau tiba tiba awan mulai mendung.
Hae Soo menulisnya kembali sembari melafalkannya.. air matanya pun berlinang..
“kumenunggu di tepi danau, tiba – tiba awan mulai mendung..
“kumenunggu di tepi danu, tiba – tiba awan mulai mendung
“kumenunggu di tepi danau, tiba – tiba awan mulai mendung..
Entah sampai berapa kali Hae Soo menulisnya, sampai dia tertidur. Dalam
tidurnya Hae Soo bermimpi.
Dia bertemu Raja Gwangjong di danau dongji, namun raja meninggalkannya
menggunakan perahu dan kemudian menceburkan dirinya ke dalam danau, Hae Soo terus
memanggil - manggil yang mulia, tapi yang mulia sudah tidak muncul lagi.
“yang mulia!!!.. yang mulia!!”
Teriak Hae Soo, kemudian ia terbangun.
“huhhh, pertanda apa ini, yang mulia semoga kamu baik – baik saja?”
Kemudian ia berpikir untuk menuju ke istana Goryeo, untuk sedikit mengobati
rasa rindunya terhadap Gwangjong.
Di area danau dongji, terlihat orang2 itu sedang mengadakan pengambilan
gambar atau syuting suatu acara. Seorang kameramen sedang mengarahkan sang
artis agar mengambil posisi yang bagus.
“tuan lebih baik kita ambil gambarnya di atas danau saja, agar terlihat
lebih jelas oleh penonton..” saran kameramen.
“iya, aku setuju denganmu, daripada
hanya disekitar sini saja, mumpung kita masih ada kesempatan berada di istana,
sekalian saja, ambil gambar yang sempurna” kata sang produser.
“baiklah, tapi naik apa aku agar bisa
ketengah danau” tanya ji soo
“perahu itu!!!” pinta sang produser.
“hah tapi bukannya itu terlalu berbahaya, lagian perahu itu sudah terlalu
tua untuk dinaiki,,” kata sang manajer.
“hey kau, lebih baik kau diam, dia itu hanya artis pengganti untuk beberapa
episode saja, lagian kalian akan dapat untung besar jika berhasil membawakan
acara ini dengan bagus” kata sang produser
“okee, cuma naik perahu seperti ini apa bahayanya, kau tenang saja hyung”
kata ji soo kepada manajernya.
Dilihat – lihat Ji Soo mirip dengan
seseorang, iya mirip pangeran Wang So a.k.a Raja Gwangjong, tapi dia tidak
memiliki bekas luka diwajahnya..
Ji Soo menaiki perahu tanpa ragu dan mendayungnya sampai ke tengah danau. Namun
tiba2 langit mendung dan semua berubah menjadi gelap.
“apa yang terjadi, kenapa langit berubah gelap?”tanya produser.
“wah kenapa ini, aku tidak bisa melihat apapun?” kata kameramen.
“apa sedang terjadi gerhana?” Kata Manajer Ji Soo
“entahlah”
“yang jelas ini bukan hal biasa” kata kru yang lain.
Semua kru tak bisa melihat apapun termasuk Ji Soo yang masih berada di atas
perahu.
“hey, ji so, apakah kau bisa
melihatku?” teriak produser berusaha memangil pembawa acara itu.
terdengar suara benda yang terjatuh ke air, semua kru panik, bersamaan
dengan itu, langit menjadi cerah kembali.
Tapi ketika dilihat, artis baru itu sudah tidak ada di perahu.
“hyung, ji soo menghilang”
“apa, yang benar saja!!!!”
“ayo kita cari dia”
“apa jangan2 dia tenggelam,
bagaimana ini,, Ji soo yah kau dimana? Kata manajer semakin panik, karena Ji
Soo menghilang.
“tadi terdengar suara dari danau, apakah kau mendengarnya hyung”
“iya, aku juga mendengarnya, ji sooo... ji soo”
Para kru berusaha mencarinya, sampai
memanggil tim penolong untuk mencari kedalam danau. Karena dengan dugaan Ji Soo
tenggelam.
Beberapa saat kemudian, ji soo ditemukan didalam danau, entah dia masih
hidup atau tidak.
Manajer “ji soo, ji soo,, kau baik-baik saja?”
Tim penolong berusaha memberikan pertolongan pertama.
Ternyata dia masih hidup.
Namun ada yang janggal di wajahnya, terdapat bekasa luka yang sama persis
dimiliki oleh pangeran Wang So.
Bersambung ke part 2.