Seorang gadis remaja berjalan sendiri menelusuri jalanan di sebuah desa,, langkahnya terasa gontai dan tak terlihat semangat sedikitpun diwajahnya. Hai nak kenapa kau lesu, wajahmu membuat mendung di langit. Seru seorang kakek tua yang berpapasan dengannya. Gadis itu hanya memperlihatkan senyum yang terpaksa, seakan tersenyum adalah hal yang berat dilakukannya. Hujan sore itu turun begitu deras. Gadis itu berhenti di teras sebuah rumah sederhana. Rambut panjangnya yang lurus dan lebat menjadi basah karena di guyur hujan. Barang yang di bawanya pun tak kalah basah, sehingga ia harus mengeringkannya. Baru sebentar ia berhenti, ada segerombolan pemuda yang lewat . Mereka berhenti di depan teras rumah itu, entah apa yang akan meraka lakukan. Gadis itu berusaha tak memperdulikan.
“hai cewe..kok sendiarian aja , mau ditemenin abang gak”.
Berkata salah seorang diantara mereka dengan nada menggoda. Namun tak lama kemudian mereka pergi dengan tawa dan ledekan ledekan yang di tujukan untuk gadis itu. Langit masih gerimis, namun gadis itu mulai berjalan kembali.
Akhirnya gadis itu sampai di tempat tujuannya, dan di sambut oleh sang ibu yang sudah lama menunggu. “operasinya bagaimana bu apakah berjalan lancar?bagaimana keadaan ayah bu?” tanyanya dengan mata berkaca2.
“alhamdulillah ti operasi ayah berjalan lancar dan insyaalloh ayah bisa sembuh kembali”. Kemudian ibunya memeluk erat anak gadisnya itu.
Ya namanya yati, remaja berumur 16 tahun, ayahnya sedang di operasi karena suatu penyakit.
“ kau kemana saja ti kau harusnya menemani ibu,..”
“ maafkan aku bu, tadi aku hanya pulang untuk mengambil selimut dan baju ganti untuk ibu dan ayah, dan sebentar kerumah uwa untuk menengok adik”
“oh, baiklah,, setelah ini km makan dan hbis itu solat asar ya,, doakan ayahmu agar cepat sembuh, ibu akan ke bagian administrasi sebentar”
“ baik bu”
Kemudian dia bergegas untuk solat asar terlebih dahulu. Karena yati bersemangat untuk berdoa demi kesembuhan ayahnya.
Segala kenangan tentang dirinya sewaktu kecil bergantian memenuhi pikirannya. Ketika ayah menggendongnya sepulang dari rumah nenek yang jaraknya mencapai beberapa kilo, dan ibu berjalan mengiringi di belakang. Dan sesampainya di rumah, baju ayah basah karena terkena ompol.
Hal itu seringkali menjadi perbincangan antara ayah dan ibu, hal kecil yang sedikit menghibur untuk mereka. Walau sebenarnya yati juga sebal ketika mereka mengungkit hal itu.
Mengingat betapa seringnya yati kecil di bawa ke dokter karena batuk yang tak kunjung sembuh. Bayi Yati yang baru lahir hanya memiliki berat 2500 gram, bayi yati yang sering sakit sakitn yang membuat kedua orang tuanya hampir putus asa mencari pengobatan untuk kesembuhan yati, waktu berumur 2 tahun. Setiap malam ayah dan ibu bergantian terjaga untuk memeriksa yati. Ketika ayah nekat pergi walau langit sedang hujan lebat hanya untuk memetik getah pohon jarak, ayah tak tega melihat yati yang menangis kesakitan karena giginya mulai berlubang.
Ayah yang kadang memarahi yati kecil karena sembarangan beli jajan yang membuat yati sakit, naluri anak kecil ketika melihat makanan dengan warna – warna cerah membuat yati merengek meminta di belikan jajan. Dan ibu dengan senang hati membelikannya, karena senang melihat yati begitu menyukai permen lolipop itu. Sepulang dari solat jumat ayah marah melihat yati memakan permen itu dan langsung membuangnya, yati kecil pun menangis menjadi jadi. Malamnya batuk yati tak kunjung berhenti, yang membuat ayah dan ibu sangat khawatir. Mereka langsung membawanya ke dokter tengah malam. Hmmm..
Sebenarnya yati hanya mengingat ketika ayah memarahinya saja, dan cerita lain di ceritakan oleh ayah dan ibu ketika wkatu senggang mereka berkumpul di ruang tengah. Setelah yati di ceritakan mengenai hal itu dia mulai memahami betapa berat perjuangan mereka membesarkan yati yang sakit sakitan, namun mereka tak pernah mengeluh. Dan mengetahui kondisi ayahnya yang sudah renta dan skit – skitan, yati tak bisa berbuat apa – apa. Namun yati juga sangat takut kehilangan ayah yang sangat di sayanginya. yati tak tahan, dia langsung menangis sampai sesenggukan di musola puskesmas. Itulah yang dipikirkannya sepanjang hari ini. Dia merasa hanya menjadi beban bagi kedua orang tuanya. Sampai saat ini yati merasa belum bisa membahagiakan mereka. Belum ada hal yang membuat mereka bisa melupakan kenangan buruk selama membesarkan Yati. Dan sekarang yati ingin sekali hanya memberikan kenengan yang baik - baik saja untuk mereka. Dalam hati ia berdoa.
Orang tua tidak pernah menganggap anaknya sebagai beban, dalam kondisi apapun itu, orang tua akan ikhlas merawat anaknya dan mereka tak pernah megharapkan balasan apapun.Yati sudah paham tentang itu, tapi yati adalah anak yang dididik oleh kedua orang tuanya dengan baik dan diajarkan mengenai bagaimana cara balas budi, bagaiman sesama manusia harus saling berbagi. mulai hari itu Yati mulai bertekad, untuk memperioritaskan kebahagiaan orang tuanya diatas segala -galanya.